Vaksinasi Covid-19 saat Hamil, Bayi Lahir dengan Antibodi yang Tahan Lama
February 09, 2022
Add Comment
Studi ini dilakukan Massachusetts General Hospital (MGH), Amerika Serikat, dan diterbitkan di JAMA Network pada 7 Februari 2022. Setelah dua bulan, 98 persen bayi (48 dari 49) yang lahir dari ibu yang divaksinasi memiliki tingkat Immunoglobulin G (IgG) pelindung yang dapat dideteksi, antibodi paling umum yang ditemukan dalam darah.
Enam bulan setelahnya, para peneliti mengamati 28 bayi yang lahir dari ibu yang divaksinasi dan menemukan 57 persen (16 dari 28) masih memiliki IgG yang dapat dideteksi. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan 8 persen (1 dari 12) yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus corona.
"Meskipun masih belum jelas seberapa tinggi titer yang dibutuhkan untuk sepenuhnya melindungi bayi dari Covid, kita tahu tingkat IgG anti-lonjakan berkorelasi dengan perlindungan dari penyakit serius," kata Andrea Edlow, spesialis Kedokteran Ibu-Anak di MGH.
“Ketahanan respons antibodi di sini menunjukkan vaksinasi tidak hanya memberikan perlindungan yang lebih lama bagi ibu tetapi juga antibodi yang bertahan pada sebagian besar bayi hingga setidaknya usia enam bulan,” tambah Edlow.
Penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of American Medical Association (JAMA) mengamati individu yang divaksinasi dengan dua dosis vaksin mRNA atau terinfeksi pada usia kehamilan 20 hingga 32 minggu. Antibodi ditransfer melalui plasenta terbukti efektif.
Ibu hamil perlu mendapatkan vaksinasi Covid-19. Sebab, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil berisiko sangat tinggi mengalami komplikasi serius dari penyakit ini. Salah satunya adalah dari University of Utah Health yang menunjukkan bahwa orang hamil yang terinfeksi SARS-CoV-2 sekitar 40 persen lebih mungkin mengalami komplikasi serius atau meninggal selama kehamilan dibandingkan mereka yang tidak terinfeksi virus.
Studi lain yang dipimpin oleh US National Institutes of Health menunjukkan bahwa wanita hamil dengan infeksi Covid-19 sedang hingga berat lebih mungkin untuk melahirkan secara caesar, melahirkan prematur, meninggal sekitar waktu kelahiran, atau mengalami penyakit serius akibat gangguan hipertensi kehamilan, perdarahan postpartum, atau dari infeksi selain SARS-CoV-2.
Menurut Galit Alter, dari Ragon Institute of MGH, MIT and Harvard, mengingat keterlambatan pengembangan vaksin Covid-19 untuk bayi, data ini harus memotivasi ibu untuk divaksinasi agar pertahanan bayi terhadap Covid-19 lebih kuat.