Usai di Mesir, Pria Bersenjata Tembak Mati Mahasiswi di Kampus Yordania

Usai di Mesir, Pria Bersenjata Tembak Mati Mahasiswi di Kampus Yordania
Pembunuhan mahasiswi kembali memenuhi pemberitaan. Kali ini seorang pria bersenjata menembak mati mahasiswi di sebuah universitas di Yordania pada Kamis (23/6/2022).

Media lokal melaporkan, korban adalah wanita berusia 21 tahun, Iman Rashid. Dia merupakan mahasiswi keperawatan di Universitas Ilmu Terapan di Amman, Yordania.

Penyerang memasuki gerbang utama kampus itu dengan mengacungkan senjata. Dia kemudian pergi tanpa dihentikan oleh penjaga keamanan usai menembak mati Iman.

Iman dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Namun, dia dinyatakan tewas tak lama setelah tiba.

Otoritas segera meluncurkan investigasi untuk menangkap pelaku. Hingga kini, dia masih menjadi buron.

Ayah Iman, Mufeed Rashid, meyakinkan bahwa putrinya tidak bersalah. Keluarga korban mengaku tidak mengenal penyerang. Mereka tidak memahami motif serangan tersebut.

"Dia tidak melakukan apa-apa," ujar Mufeed, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (24/6/2022).

"Ini tidak adil. Untuk alasan apa gadis itu dibunuh? Dia [pelaku] perlu dihukum dengan tepat sesuai dengan besarnya kejahatan," imbuhnya.

Universitas Iman kemudian mengeluarkan pernyataan resmi. Pihaknya berjanji akan mengambil tindakan hukum.

Institusi itu tengah berkoordinasi dengan otoritas hukum. Direktur universitas tersebut mengungkap, pihaknya memegang rekaman kamera pengintai atas pembunuhan itu.

"[Kami akan] menghukum semua orang yang menyebabkan insiden menyakitkan ini sampai mereka menerima pembalasan yang adil atas kejahatan keji mereka," tulis pernyataan universitas.

Pola Kekerasan

Serangan tersebut telah memicu arus kritik di media sosial. Sebagian membandingkannya dengan pembunuhan mahasiswi lain di Mesir, Naiyera Ashraf.

Sebagaimana Iman, Naiyera diserang oleh seorang pria ketika sedang berada di kampusnya. Pelaku menggorok Naiyera usai memukulinya secara brutal di Universitas Al Mansura pada Senin (20/6/2022).

Pelaku pembunuhan itu merupakan sesama mahasiswa, Mohamed Adel. Keluarga Naiyera telah meminta perintah penahanan terhadapnya lebih dari dua bulan lalu.

Sebab, Adel telah berulang kali berupaya mendekati korban setelah Ashraf menolak tawaran pernikahannya. Adel mengaku melakukan pembunuhan akibat penolakan tersebut.

Anggota dewan di Pusat Bantuan Hukum Wanita Mesir, Seham Ali, mengungkap akar sistematis atas kekerasan terhadap perempuan. Dia menjelaskan, Mesir tidak sepenuhnya mengkriminalisasi kekerasan yang menyasar populasi perempuan.

"Sudah saatnya undang-undang diberlakukan untuk menghadapi kekerasan terhadap perempuan, secara sosial dan keluarga. Tidak ada undang-undang yang pasti tentang tujuan ini, hanya beberapa pasal dalam beberapa undang-undang," tegas Seham, dikutip dari Al Araby.

Pembunuhan Ashraf telah menyulut perdebatan dari berbagai sisi. Sebagian justru menyalahkannya atas tindak keji itu lantaran tidak memakai hijab.

Peneliti hak-hak perempuan senior di Human Rights Watch, Rothna Begum, lantas mengecam pola kekerasan tersebut.

Dia menegaskan, otoritas semestinya melindungi kelompok rentan dengan mengurai isu itu dari pusatnya, yakni keyakinan sebagian laki-laki bahwa mereka memiliki hak atas perempuan.

"Pekan ini, ada dua pembunuhan mengerikan terhadap perempuan oleh laki-laki di luar universitas mereka di Mesir dan Yordania,” cuit Rothna.

"Hati kami tertuju pada keluarga dan teman-teman wanita itu. Pihak berwenang harus memerangi kekerasan laki-laki terhadap perempuan termasuk anggapan bahwa laki-laki memiliki hak atas kehidupan dan pilihan perempuan," tambahnya.
Share This :
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Add Your Comments

bold <b>b</b>
italic <i>i</i>
underline <u>u</u>
HTML<code></code> use Parser

Emoticon
Parser
😊
😉
😀
😁
😎
😍
😜
😑
😇
💖
😯
😱
😭
👍
🍻